Sabtu, 05 Mei 2012

Ketauladanan

Kemain, seorang bapak mengeluh kepada saya tentang perilaku anaknya yang sangat mempermalukannya. Menurutnya anaknya sulit sekali diatur, dalam usianya yang masih belasan tahun, sang anak sudah sangat gemar bermaksiat, terutama main judi dan mabuk miras. Saat dinasehati bukannya menurut, sang anak malah melawan, dan tak mau berhenti dari kebiasaan buruknya.

Saya mendengarkan dengan seksama keluhan yang panjang lebar ia sampaikan. Dan setelah ia puas bercerita, sampai mukanya yang kusut menjadi agak lega. Sayapun gantian bertanya kepadanya.Tentang apakah dia pernah juga kecanduan miras dan judi atau bahkan sampai sekarang masih sering melakukannya? Dengan malu-malu dia menjawab bahwa memang sampai sekarang dia masih sering minum miras dan main judi, tapi cuma sekali-kali katanya. Tidak seperti dulu. Maka kemudian solusi sederhanapun saya sampaikan padanya, agar dia berhenti total dulu dari miras dan judi, bertaubat. Baru kemudian dia akan dapat menasehati dan menyelamatkan anaknya dari kehancuran judi dan miras bahkan dari semua kehancuran.

Wahai bapak, pemimpin rumah tangga, begitulah sebuah contoh sederhana yang selalu kita hadapi tentang sebuah kendala terbesar dalam mendidik anak-anak kita. Ketauladanan, ya krisis ketauladanan. Yang mereka butuhkan bukan cuma nasehat, bukan cuma larangan agar jangan berbuat ini dan itu dalam menghindari sebuah prilaku buruk. tapi yang lebih mereka butuhkan adalah ketauladanan.
Bagaimana kita melarang anak kita merokok, sedangkan kita sendiri seorang perokok berat.
Bagaimana kita mencegahnya agar jauh dari miras dan judi sedangkan kita sendiri melakukan itu.
bagimana kita menyuruhnya Shalat dan puasa sedangkan kita sendiri tidak shalat dan tidak pusa tanpa malu. Berikan contoh kepada mereka, berikan teladan kepada mereka, maka merekapun akan mengikuti perkataan dan nasehat kita



Tidak ada komentar:

Posting Komentar