Suatu ketika
sang Manusia sempurna Rasulullah SAW, Nabi semua umat, telah mewasiatkan kepada
kita sebuah kata sederhana namun sarat makna. Baiti jannati, rumahku adalah surgaku.
Sebuah kata yang sesungguhnya adalah merupakan solusi dari semua krisis dunia
yang melanda saat ini. Ya...baiti jannati.
Mari membayangkan dan mengkhayal,
andainya rumah kita adalah sebuah rumah yang baiti jannati,
andainya keluarga kita adalah sebuah keluarga yang baiti jannati,
andainya lingkungan kita juga baiti jannati,
kampung dan kota kitapun baiti jannati,
maka akan lahirlah kecamatan yang baiti jannati, kabupaten kota yang baiti jannati, provinsi yang baiti jannati,
dan mimpi kita yaitu menemukan sebuah negara yang baiti jannati bahkan dunia yang baiti jannati, yang menjadi seperti surga bagi semua makhluk penghuninya akan dapat terwujud.
Mengapa demikian?
Karena dari sebuah keluarga yang baiti jannati akan lahirlah manusia-manusia paripurna, akan lahir bapak-bapak teladan yang bisa menjadi pahlawan dan contoh bagi keluarganya, akan lahir ibu-ibu penyabar yang penuh kasih sayang, patuh kepada suami dan mengabdi penuh ikhlas kepada keluarganya, akan lahir anak-anak yang cerdas, shaleh dan baik hati.
Dari sebuah rumah yang baiti jannati akan lahir pemimpin pemimpin yang penuh rasa tanggung jawab, ikhlas, jujur, takut kepada Tuhannya dan selalu terdepan dalam membela rakyatnya.
Dari sebuah komunitas yang baiti jannati akan lahir masyarakat yang santun, berakhlak, demokratis dan taat aturan.
Karena itu, bertekadlah untuk menjadi pelopor baiti jannati, dan memulainya dari diri sendiri, keluarga kita sendiri dan dari masyarakat kita sendiri.
Ambillah waktu sejenak untuk melihat kedalam diri kita,
betapa selama ini kita sangat tidak adil, mengacung-ngacungkan telunjuk kita untuk menelanjangi orang lain dengan sangat bernafsu melalui kesalahan-kesalahannya, namun kita lupa memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat kita sendiri.
Lingkaran syetan kehancuran masyarakat ini, kehancuran bangsa ini harus diretas. Dan menjadikan kekuarga kita menjadi keluarga yang baiti jannati, rumah kita menjadi rumah hidayah adalah solusinya. Ayo....Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.
Mari membayangkan dan mengkhayal,
andainya rumah kita adalah sebuah rumah yang baiti jannati,
andainya keluarga kita adalah sebuah keluarga yang baiti jannati,
andainya lingkungan kita juga baiti jannati,
kampung dan kota kitapun baiti jannati,
maka akan lahirlah kecamatan yang baiti jannati, kabupaten kota yang baiti jannati, provinsi yang baiti jannati,
dan mimpi kita yaitu menemukan sebuah negara yang baiti jannati bahkan dunia yang baiti jannati, yang menjadi seperti surga bagi semua makhluk penghuninya akan dapat terwujud.
Mengapa demikian?
Karena dari sebuah keluarga yang baiti jannati akan lahirlah manusia-manusia paripurna, akan lahir bapak-bapak teladan yang bisa menjadi pahlawan dan contoh bagi keluarganya, akan lahir ibu-ibu penyabar yang penuh kasih sayang, patuh kepada suami dan mengabdi penuh ikhlas kepada keluarganya, akan lahir anak-anak yang cerdas, shaleh dan baik hati.
Dari sebuah rumah yang baiti jannati akan lahir pemimpin pemimpin yang penuh rasa tanggung jawab, ikhlas, jujur, takut kepada Tuhannya dan selalu terdepan dalam membela rakyatnya.
Dari sebuah komunitas yang baiti jannati akan lahir masyarakat yang santun, berakhlak, demokratis dan taat aturan.
Karena itu, bertekadlah untuk menjadi pelopor baiti jannati, dan memulainya dari diri sendiri, keluarga kita sendiri dan dari masyarakat kita sendiri.
Ambillah waktu sejenak untuk melihat kedalam diri kita,
betapa selama ini kita sangat tidak adil, mengacung-ngacungkan telunjuk kita untuk menelanjangi orang lain dengan sangat bernafsu melalui kesalahan-kesalahannya, namun kita lupa memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat kita sendiri.
Lingkaran syetan kehancuran masyarakat ini, kehancuran bangsa ini harus diretas. Dan menjadikan kekuarga kita menjadi keluarga yang baiti jannati, rumah kita menjadi rumah hidayah adalah solusinya. Ayo....Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar