Sebuah keluarga yang berkecukupan tinggal disebuah kota. Sang
ayah adalah seorang manajer pada sebuah perusahaan terkenal dengan gaji yang
sangat tinggi, sementara isterinya bekerja pada sebuang Bank swasta dengan gaji
yang juga lumayan tinggi. Anak mereka hanya dua orang yang satu sudah sekolah
lanjutan pertama sedangkan yang kecil masih duduk dibangku SD.
Sebagai orang
terpandang tentu mereka memilihkan sekolah-sekolah “favorit” yang ada dikota
itu untuk anak-anak mereka, dengan sistem belajar yang lagi booming saat ini.
Sistim fullday. Sekolah satu hari penuh. Sekoah P4, Pergi pagi pulang petang. Tak perduli dengan seberapa mahal bayarannya, bukanlah menjadi masalah.
Saat menjelang senja anak-anak baru pulang sekolah, Ayah
belum pulang sedang ada rapat katanya. Ibu baru pulang tapi kelelahan dan
tertidur di sofa. Saat memasuki pintu rumah nan mewah sesungguhnya hati sang
anak sangat ingin bercerita kepada kedua
orang tuanya tentang peristiwa seru yang terjadi disekolahnya tadi. Tapi
jangankan bercerita, menyapa saja mereka takut kena marah karena tahu orang
tuanyasangat lelah dan tak mau di
ganggu.Akhirnya merekapun memilih diam, atau mengeluh kepada pembantu rumah
tangga yang selalu setia mendengarkan.
Gambaran keluarga yang seperti ini plus cara mendidik anak
yang diterapkan dengan hanya membayar sekolah fullday untuk menjaga mereka, sekarang
sudah sangat umum kita lihat. Bahkan menjadi trend bagi kalangan tertentu. Dan hasilnya adalah seorang anak yang mungkin
cerdas, pintar tetapi kering akan sentuhan kasih sayang kedua orang tuanya.
Seorang anak yang kehilangan nilai-nilai keluarga sehingga menjadi tidak
sensitif, dan cenderung menjadi generasi acuh. Dan dalam kondisi parah bisa
saja kemudian dia akan mencari kasih sayang lain dijalanan, mencari pengertian
itu di tempat-tempat lain yang bisa dia dapatkan.
Sebab itu.......
Sesibuk apapun kita, mari kita sisihkan waktu kita sebanyak-banyaknya untuk mereka.... buah hati kita
Untuk mengajari mereka mengenal Tuhannya, mengajari mereka ngaji dan berakhlak, mendongeng satria bagi pribadi-pribadi seputih mereka. Sehingga akan terbentuklah pribadi yang paripurna yang pasti suatu saat akan membanggakan kita, orang tuanya. Jangan serahkan pembentukan anak hanya kepada orang lain, walaupun kita mampu membayar seribu maha guru. Sebab mereka adalah anak-anak kita, kitalah yang paling bertanggungjawab terhadap masa depan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar