Senin, 23 April 2012

Seorang sahabat saya yang telah lebih sepuluh tahun berumah tangga namun belum juga dikaruniai anak pernah berkata, alangkah bahagianya orang-orang yang dikaruniai keturunan itu, sayang aku tidak bisa seperti mereka, andai kami diberi keturunan tentu kami akan merawat dan membesarkannya sepenuh hati dengan penuh kasih sayang, katanya. Sebagai sahabat tentu saya tidak ingin membuat gundahnya semakin dalam, yang bisa saya lakukan hanyalah dengan membesarkan hatinya, bahwa Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi dirinya.

Pagi itu saya baru keluar dari rumah dengan mengendarai sepeda motor kesayangan, belum jauh jarak dari rumah nampak seorang bapak yang saya kenal sedang berlari-lari kecil mengejar anaknya yang menangis dengan memegang gagang sapu yang cukup besar. Tidak begitu jauh didepan rumah mereka seorang ibu berteriak-teriak mencaci maki sang anak yang tengah berlari sekencang-kencangnya menghindari amukan kedua orang tuanya.

Ironi sekali. satu sisi kita melihat  ada keluarga yang amat sangat menginginkan anak namun belum diberi rezeki untuk itu, dan di sisi lain ada keluarga yang dikaruniai anak satu, dua, tiga bahkan lebih, namun tak pandai merawat anak-anaknya, apalagi mencintai dan menyayangi dengan sepenuh-penuh hatinya. Inilah sebuah kesimpulan sederhana dari dua sisi kejadian yang saya persaksikan tadi. Sebuah kesimpulan yang bisa jadi benar namun bisa jadi juga salah, sebab tentu kita membutuhkan pendalaman atas kedua peristiwa tersebut tentang kesungguhan maksud dan latar belakangnya.

Namun secara jujur, bukankah yang seperti ini sering kita persaksikan. Betapa keluarga dan rumahtangga belum menjadi tempat yang menyejukkan bagi setiap anggota yang ada didalamnya, termasuk bagi seorang anak.

1 komentar:

  1. bener nih cerita pak Isk, saya seperti saya dah lima tahun berusaha tp belum diberikan cahaya mata (anak) ama Allah, mungkin Allah masih belum percaya kepada kami untuk dititipin seorang cahaya mata (anak)

    BalasHapus